Budak Nafsu Ibu Kost part4


 ~Budak Nafsu Ibu Kost~


Part4

Sejenak aku baringkan badan dalam kamarku. Kegiatan kampus seharian benar-benar menguras tenagaku. Malam pentas seni yang akan diadakan tiga bulan mendatang sudah mulai dibicarakan dan dibentuk kepanitiaan. Dan aku adalah salah satu mahasiswa yang harus menjadi seksi sibuk. 

Ahh...itu hanya bagian kecil dari dunia perkampusan. Dan aku dengan sadar menikmati kesibukan ini.

Apalagi dengan kedatangan Virly dirumah ini.

Yang seolah memompakan energi baru.

Gadis belia dengan pengalaman dan wawasan serta pandangan hidup yang luar biasa.

Luas dan cerdas tetapi juga buas!!!!

Bagaimana tidak? Setelah pertemuan dan perkenalan dua minggu yang lalu, begitu gampang dan mudahnya aku menakhlukkan hatinya. 

Juga tubuhnya, meski ternyata aku bukan yang pertama!!!

Kecantikan dan kesempurnaan tubuhnya sungguh luar biasa dimataku. Bahkan jujur aku sendiri hampir tak percaya kalau yang terlelap dalam pelukanku tanpa sehelai baju malam itu adalah Virly, anak ibu kostku.


Tringgg....tringgg... tringggg

Suara pesan dari smartphoneku berdering.

"Hoi, turun dong...temani aku ngobrol"

Sebuah pesan masuk dari gadis yang baru saja kulamunkan.

Tanpa memberi jawaban balasan segera saja aku turun menemuinya. Kamar Virly memang terletak di lantai bawah.

"Ehhh...malam-malam kenapa duduk diluar? Nggak digigitin nyamuk apa?" Tanyaku basa basi sambil merangkul dan mencium pipinya dari belakang.

"Asal nyamuknya kayak kamu, aku pasrah saja Ndra," jawabnya sembari membalikkan badan dan memberikan bibirnya untuk kunikmati kelembutannya.

"Aku kangen kamu," desahnya sambil merapatkan pelukan di pinggangku.

Lelaki mana yang bisa tahan bila sudah begitu?

Ku ikuti saja apa maunya, buah dadanya seolah mengeras ketika usil tanganku sengaja menyentuhnya, hanya menyentuhnya.

"Ndra..." Suaranya merintih seolah meminta lebih.

Aku sangat paham, tetapi sengaja kubiarkan gelora gadis muda ini terbakar birahi.

"Jadi ditemani ngobrol nggak nich?" godaku pura pura mengalihkan aktivitas jemarinya yang mulai membuka resleting celanaku dan meremas penghuninya yang sudah berdiri kaku.

"Aku kangen sekali," bisiknya lagi dengan mata yang sesekali terpejam menikmati sensasi ciumanku di tengkuknya sambil tetap kuremas lembut dadanya.

Suara gemericik air kolam ikan di taman minimalis rumah itu seolah menambah syahdu suasana hasratku yang bergolak oleh nafsu.

Remasan, pelukan, ciuman bahkan sedikit gigitan menjadi saksi pergumulan kami.

Gitar yang semula hendak kupetik dan memainkan sebuah lagu untuk Virly teronggok bisu dibawah bangku, karena jemariku lebih memilih memainkan boddy gitar gadis belia yang dengan pasrah menyerahkan tubuhnya.

Kaki dan leher yang jenjang, kulit halus kuning langsat terawat, tinggi semampai dengan proposional berat badan yang padat berisi.

Dan satu lagi, permainan ranjangnya benar-benar luar biasa meski usianya masih begitu muda.

Ahhhh....surga dunia.


"Gimana kondisi mamamu Vir?" Tanyaku sambil membetulkan selimut yang menyingkap dari atas punggungnya.

Yaaa....malam itu dan malam malam sebelumnya memang di kamar Virly tempat memadu birahi kami.

Tanpa khawatir kehadiran Mas Bernard yang kutahu masih berada di Bali.

Jadi, setelah kutuntaskan hasratku akupun bisa terlelap di kamar itu.

"Semakin baik dan semakin sehat tentunya, kalau hasil lab cek up nya baik, dokter bilang minggu depan mama sudah bisa pulang." Terangnya masih dengan malas-malasan.

"Mudah-mudahan saja Om Ben tidak molor jadwalnya balik kesini," imbuhnya lagi.

"Emang kenapa kalau Om Ben terlambat datang?" Tanyaku penasaran.

"Aku cuma ambil libur tiga minggu, kalau sampai kamis Om Ben belum datang bisa hangus tiket pesawatku," jelasnya sembari usil tangannya mulai merambat ketubuh bagian bawahku.

"Masih mau lagi?" Godaku seraya membalikkan tubuh polosnya.

Dengan sekali putar saja kini tubuhku telah berada diatasnya.

Dan tak ayal lagi, ronde keduapun kita mulai dengan gelora nafsu yang masih tinggi.

Hingga pagi membangunkan kami untuk segera membersihksan diri.


Tiga hari sudah Virly kembali ke Singapore.

Meski tanpa kesepakatan untuk jadian, aku tahu dia menyukaiku. Dan tak aku pungkiri bahwa akupun menyukainya.

Pembawaannya yang ceria, ceplas ceplosnya, juga kecantikannya seolah memaksaku untuk tak berhenti memikirkannya.

Ahhh.... Virly, aku rindu desah nafas dan halus kulitmu.

"Melamun terus dari tadi mas, kangen mbak Virly ya?" Ucap Jamal yang tiba tiba saja muncul dari pintu ruang TV.

"Ahh....sok tahu kamu Mal," jawabku sedikit Salah tingkah.

"Tenang saja mas, besok pagi Tante Ve sudah pulang. Jadi mas Andra tetap ada teman untuk ngobrol dan...." 

"Dan apa Mal?" Tanyaku mengejar ucapan Jamal yang tidak jadi dilanjutkan.

"Nggak ahhh mas, pokoknya tante Ve orangnya baik dan cantik, dah itu saja mas." 

Imbuh Jamal dengan senyum polosnya.

Yang pasti Jamal tahu apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan penghuni lain dengan tante Ve. Janda muda dan kaya dengan penampilan yang mempesona. 


Benar saja, sepulang dari kampus kulihat ibu kostku dengan kakaknya duduk di bangku taman depan kamarnya. Mereka tampak sedang bercakap entah tentang apa.

"Hai tante Ve, selamat datang kembali di rumah ini," sapaku sebelum masuk kamarku.

"Terima kasih mas Andra," jawab tante Ve dengan suara yang kudengar lemah.

Sepintas wajahnya agak pucat kulihat.

"Apa kabar mas Ben, sapaku kepada adik ibu kostku yang sudah terlanjur biasa kami panggil "mas" karena tampilannya yang rapi kekinian ditambah wajahnya yang lumayan tampan.

"Kabar baik dik Andra, nanti sore aku harus balik ke Yogjakarta. Aku minta tolong ke kalian untuk bantu-bantu Ve bila memang dibutuhkan." Ucapnya memberikan penjelasan tentang kesibukannya sebagai pebisnis furniture yang sedang berkembang dengan usahanya.

"Siaaaap mas, jangan khawatir. Kita siap kapan saja bila dibutuhkan," jawabku sambil tangan kuangkat dengan gaya hormat.

"Dasar mahasiswa gila," seloroh tante Ve dengan kedipan mata nakalnya.


"Virly banyak cerita tentangmu Ndra," ucap tante Ve malam itu dengan lekat memandangku.

"Yaaah....selama kamu di Rumah Sakit kita memang banyak waktu untuk sekedar ngobrol dan bertukar pengalaman," jawabku.

"Hanya itu?" Kejarnya dengan pandangan menyelidik.

"Maksud kamu apa Ve?" Tanyaku meski aku mulai tahu kemana arah bicaranya.

"Aku tahu bagaimana kamu memperlakukan wanita Ndra, wanita mana yang tidak tergila-gila denganmu." Imbuhnya dengan suara sedikit bergetar.

"Dan kurasa Virly jatuh cinta padamu."

"Kita tidak ada kesepakatan apapun Ve, bagaimana mungkin kita akan pacaran.

Lagian di Singapore mungkin dia sudah punya pacar Ve, jangan bicara yang aneh-aneh dech," hindarku mencoba mencari alibi meski sebenarnya aku tahu pasti bagaimana perasaan Virly kepadaku.

Karena malam itu sebelum pergi, kembali dia mengatakan tentang hatinya.

Dan komunikasi kami terus berlanjut via App.

"Ndra, ada yang mau aku sampaikan kepadamu," ucap tante Ve yang tiba- tiba membuyarkan lamunanku tentang gadis belia itu.

"Tadi pagi, sebelum meninggalkan Rumah Sakit, dokter memberikan hasil cek up ku.

Aku senang karena semuanya normal dan sehat. Tetapi ada satu hal yang ingin kuberitahukan ke kamu Ndra," katanya dengan mimik muka yang sulit kupahami.

"Memberi tahu aku? Memangnya kenapa harus aku? Dan ada apa dengan kamu Ve?" Tanyaku menyelidik.

"Aku....aku hamil." Jawab Ve lirih sambil menunjukkan hasil lab dan testpack yang dengan dua strip merah tanda positif.

"Apa....kamu hamil?" 

Dheeeeeg....apakah benar itu benihku?

Lalu bagaimana dengan Virly bila benar anak yang dikandung mamanya adalah anakku?


BERSAMBUNG

Hai gaaaest,

Masih penasaran?

Ikuti kisah selanjutnya yaaa

Yang pasti akan semakin seru...🌹🌹🌹

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terompah Kyai Ngabdulah

Randha Bingung #8

Sukarni #5