Kisah koki dan rendang
*Kisah Koki Dan Rendang*
Seorang kepala koki senior yang sudah termashur namanya karena kelezatan masakannya, berencana membuat rendang dan membagikan kepada seluruh anak buahnya, sebelum dia pensiun dari dapurnya.
Setelah dia merenung dalam waktu yang cukup lama, maka dia mengumpulkan seluruh bahan yang sekiranya dibutuhkan.
Dia ingin hasil olahannya benar benar sedap, bisa diterima dan sesuai selera yang menyantapnya.
Untuk menghindari kesalahan atau ketinggalan bahan dasar, diapun membuat sebuah catatan yang dibawanya untuk belanja.
Sebuah pasar khusus untuk barang barang berkualitas utamapun didatanginya..
Lorong bagian pangan adalah tempat yang menjadi tujuan utamanya.
Semua bahan yang akan dibeli, dikumpulkan dan dilihatnya dengan teliti.
Setelah semuanya lengkap, sang koki pun pulang dan bersiap untuk memasak.
"Eeeh,...hati hati dengan dagingku, aku ini daging pilihan kelas satu lho, jangan sembarangan kau meletakkan," protes si daging ketika ditaruh didalam sebuah ember plastik.
"Stooop...stooop, aku ini kecap dari kedelai hitam pilihan lho, masak akan kau campur dengan garam murahan?" Tahan sebotol kecap ketika si koki hendak membukanya.
"Hei...berhenti, aku ini gula dari tetesan nira pilihan, jangan sembarangan kau mencampurku dengan mereka!" Seru sebongkah gula yang tampak ranum keemasan warnanya.
"Jangan pade sombong kalian, kau pikir aku mau bersatu? Sorry aje ye. Gue ini cabe mutu utame pake pupuk bio organic nomer satu di duniye," ledek sekantong cabe merah dengan pongah.
Diikuti bawang merah, bawang putih dan aneka rempah rempah lainnya yang merasa paling bagus mutunya.
Sang koki hanya geleng geleng kepala.
"Terus kalian mau apa?" Tanya sang koki.
"Aku yang harus lebih dominan dari yang lainnya," jawab sebungkus santan.
"Aku dong, tanpa aku, semua akan hambar." Geram sekantong garam.
"Emang bisa mantap rasanya tanpa minyak?" Tanya sebotol minyak goreng dengan meledek.
"Jadi kalian harus tahu diri, akulah yang harus menguasai panci," ucap si minyak dengan congkak.
"Pokoknya Aku....Pokoknya harus aku,...Aku maunya begini,..Aku maunya begitu."
Saling bentak dan saling sikut para bahan itu berebutan untuk diunggulkan.
"Kalau aku tidak mau menuruti kalian, terus kalian mau apa?" Tanya sang koki setengah kecewa.
"Yaaa...aku pergi saja. Kau carilah bahan lainnya." Jawab semuanya dengan serentak.
"Baiklah kalau itu kemauan kalian, pergilah," ucap sang koki sambil membuka pintu dapurnya, dan mempersilahkan semuanya keluar dan pergi sesuka hatinya.
Tinggalah si daging yang sedari tadi diam sambil penuh keheranan.
"Sekarang aku mau kau apakan?" Tanyanya kepada sang koki.
"Tetap kubikin rendang," jawab sang koki mantap.
"Lalu bumbunya?" Tanya daging dengan tersenyum penuh makna.
"Aku akan ke pasar, dimana aku biasa berbelanja. Aku sudah hafal dan kenal lama dengan mereka." Jawab sang koki dengan percaya diri.
"Jangan tunggu lama lama, pergilah... karena Aku sudah terlalu lama menunggu," ucap daging dengan tersenyum.
Tak lama Kemudian, sang koki mulai memasak.
Segala bumbu dan bahan disiapkan sesuai takaran.
Langkah langkah memasakpun dilakukan sesuai kebiasaan.
Hingga akhirnya, jadilah sepanci rendang special, dari berbagai bahan yang diracik sesuai ukuran dan kebutuhan.
Soal rasa, jangan ditanya.
"Semua puas"
Sang kokipun mendapat pujian dan ucapan selamat dari para anak buahnya.
"Masakanmu luar biasa, sedaaap...mantaaap."
Sang koki tersenyum bahagia.
Dari dalam panci, sayup sayup terdengar suara daging berbisik.
"Untuk mendapatkan hasil terbaik, terkadang semua perlu tahu kapan harus duduk dan kapan saatnya berdiri."
Dan ketika saat pensiun telah tiba, sang koki pun melangkahkan kaki, keluar dari dapurnya dengan senyuman tersungging dibibirnya.
Pertarungan antara keyakinannya melawan ego para bumbu telah dimenangkannya dengan sempurna.
Salam....🙏🙏🙏
Lisse
21/02/2022
Geschreven door Sita Aulliya
Foto ilustrasi diambil dari Google
Komentar
Posting Komentar