Kembang Cinta di Kota Amstelveen


 🌹Kembang Cinta di Kota Amstelveen 🌹


"Tuhan, bila setiap pertemuan dan perpisahan adalah atas kehendakMU, jangan biarkan hati ini gelisah dalam keadaan yang tak menentu."

Rintih hati Natasha setelah tanpa sengaja beberapa waktu yang lalu bertemu dengan mantan kekasihnya

Yaah ... seorang lelaki yang selama dua tahun menghiasi harinya, seorang lelaki yang begitu lembut menjadi tempatnya berkeluh kesah, dan juga seorang lelaki yang begitu pandai menjaga perasaannya.

Ya ... lelaki itu adalah Jordy, mantan terindahnya.


Entah kekuatan apa yang tengah mempecundanginya, hingga jemarinya begitu penasaran ingin melihat foto profil dari nomer handpone yang diberikan Jordy padanya.

Mungkinkah seperti dirinya yang sengaja memasang foto dengan pasangannya?

Ataukah sendiri sama seperti yang diucapkannya saat itu.

"Aku sekarang sendiri, kalau kamu butuh bantuan atau ada keperluan jangan sungkan untuk menghubungiku."

Dan, seraut wajah dengan senyum dan lesung pipit serta bola mata coklat kehijauan tampak menghiasi layar telepon genggamanya.


Sejenak lamunan Natasha seolah kembali menguliti masa itu.

Masa dimana keduanya saling merindu, masa dimana keduanya saling menunggu.

Yaaa ... memang begitu banyak kisah manis yang terlalu indah untuk dilupakan.

Dari mencari tulisan tulisan konyol di halte De Vlugtlaan sebagai pengisi waktu sembari menunggu metro 50 kala itu, sampai menertawakan bokong teman sekantornya yang luar biasa besar menurutnya.

"Ahhh ... Jordy, betapa aku rindu saat saat seperti dulu" jerit hati Natasha pilu.


Sepekan sudah pergulatan batin Natasha mencoba berfikir dan melihat secara realita.

Menimbang kekecewaan dan kebahagiaan yang dirasakannya selama bersama Freddy.

Lelaki yang hampir lima tahun berstatus sebagai suaminya.

Lelaki yang mengubah segala dalam hidupnya.

Ikatan perkawinan yang begitu didambakannya ternyata telah menjadi tali yang menjerat leher dan kakinya.

Betapa tidak, Natasha yang berparas ayu dan anggun serta begitu supel dalam pergaulan dan mempunyai banyak teman.

Kini harus menjalani semua dalam keterbatasan demi menjaga ketentraman rumah tangganya.

Keegoisan dan ketemperamentalan suaminya yang mencapai titik sempurna membuat hari harinya seolah berlalu hampa.

Aktifitas yang sangat monoton disamping pekerjaanya sebagai tenaga medis disebuah panti jompo, juga acara weekend yang sering kali hanya diisi dengan mengunjungi orang tua Freddy atau menjadi pengasuh anak-anak adik iparnya yang sering dititipkan padanya tanpa mampu menolaknya.


Huuuft ... begitu banyak tumpukan kekecewaan yang coba dipahaminya, tetapi semakin jauh mencari semakin banyak pula luka luka lama yang muncul seolah meronta ingin keluar dari kubangan duka.

Yaaa...dia telah salah menduga, Freddy yang dikenalnya sebagai lelaki mapan dan sempurna ternyata hanya menjadikannya boneka pajangan di istananya. Juga sebagai pemuas nafsu diranjangnya tanpa mendapat haknya sebagai seorang istri tetapi harus menjalani kewajibannya dengan sempurna tanpa cela.


Pagi yang basah oleh gerimis seolah memberi simponi yang sulit untuk dilukiskan.

Entah rasa apa yang dipendamnya sehingga ada hasrat dan keberanian untuk menghubungi Jordy disela jam makan siangnya.

Dipandanginya nomer yang memberikan tanda online pada layar androidnya.

Sebuah nama dan foto yang begitu dikenalnya.

"Hai" sapanya

"Aku menunggumu" balas Jordy melalui balasan tulisannya.

"Kau menungguku?" tulis Natasha.

"Bukankah kita selalu saling menunggu?" jawab Jordy.

Dan linang tangis Natasha pun pecah diantara nada panggilan Jordy yang tak mampu segera dijawabnya.


Sebuah café di Amstelveen centrum menjadi saksi pertemuan dua hati yang terpisah oleh cinta dan kembali bertemu juga karena cinta.

"Aku mendengar semua sedihmu dari Sofie"

ucap Jordy sembari meneguk kopinya.

"Dia cerita banyak tentangmu, tentang suamimu dan juga tentang keluargamu di Indonesia."

"Bagaimana kau mengenal Sofie?" tanya Natasha penuh keheranan.

"Dunia ini kecil Nat, Sofie temanmu adalah juga teman sekantor kakak iparku.Kami bertemu ketika ulang tahun Andy. Pembicaraan yang panjang lebar telah mengantarkanku kembali untuk mendapat dan mendengar tentang ceritamu.

Tidak ada yang salah, semua berjalan dengan semestinya dan seharusnya. Bahkan Sofie pun tidak berani memberikan nomer kontakmu padaku sekalipun aku memintanya."


Begitu detail Jordy bercerita, sementara Natasha hanya diam berlinang air mata sambil tak lepas tangannya menggenggan punggung tangan lelaki dihadapannya tanpa mampu berkata selain pasrah atas garis takdirnya.

"Biarkan aku menghapus lukamu dan memelukmu seperti dulu sayang, tak akan ada lagi yang bisa menyakiti dan melukai ketulusanmu" bisik Jordy lembut sambil mengecup kening perempuan yang sudah basah bersimbah air mata bahagia.

"Kita mulai semua yang sempat tertunda. Aku, kamu, dan anak-anak kita nantinya."


Kembang- kembang di setapak jalan kota Amstelveen yang sedang bermekaran seolah memberi jawaban atas hati dan cinta mereka.

Dua sejoli dari bangsa, adat dan budaya yang berbeda tetapi telah menyatu dalam cerita kidung cinta.

Kembang cinta di Kota Amstelveen.


NB : Cerita diatas hanyalah fiktif dan imajinasi penulisnya. Bila ada persamaan kisah nama dan tempat kejadian, pastinya hanyalah kebetulan semata.


Lisse 

19-08-2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Abot

Sukarni #5

Gayuk-Gayuk Tuna