Mbak Mayang 1


 Mbak Mayang 


"Jadi malam ini adalah malam terakhir Mbak Mayang tidur disini?" tanya Intan dengan pandangan penuh tanya.


"Iya, tapi nanti mbak akan sering menjenguk kalian," jawab wanita muda itu dengan lembutnya.


"Ahhh ... Bima nggak percaya, rumah Mbak kan jauh di kampung bawah gunung," teriak Bima yang mulai terisak dan menyembunyikan wajah dibalik selimutnya.


"Bima ... Intan, kalian anak-anak manis bukan? Pernah nggak mbak bohong sama kalian?" Tanya wanita itu masih dengan sabar dan penuh kasih sayang.


Seketika kedua bocah itu saling menatap, lalu serentak menghambur ke pelukan mbaknya. 

"Mbak jangan pergi, Mbak nggak boleh pergi, pokoknya harus tinggal disini" isak kedua bocah itu seolah takut ditinggalkan.


Sementara hati Mayang semakin remuk redam dengan tingkat anak-anak yang telah hampir lima tahun diasuhnya.

Rasa sayang dan cintanya tumbuh sejak dia menginjakkan kaki di rumah mewah itu sebagai pembantu. 


Kepercayaan yang diberikan oleh pasangan Riyo dan Arin benar-benar dijaganya sebagai amanah yang diemban dan tanggung jawab yang dipikulnya.


"Jaga diri baik-baik ya Ndhuk." "Ingat ...kamu hanya ikut orang kaya di kota besar, jangan silau, jangan panjang tangan."

Pesan simboknya kala itu, ketika Mayang bersedia ikut menjadi pembantu.


Namun kebahagiaan dan kepercayaan yang telah terbangun bertahun-tahun, harus musnah dan sirna dalam hitungan menit.

Keluguan dan kepolosan gadis desa itu, rupanya menggelitik hati Riyo sang majikan yang selama ini begitu baik dan sopan.

Ada apa sebenarnya?


"Kalaupun kau ingin mencari wanita lain Mas ... tapi kenapa harus dengan Mayang? Atau jangan-jangan kamu memang sudah lama mengincarnya?" Hardik Arin dengan muka penuh kebencian bahkan seolah jijik dengan lelaki yang masih resmi menjadi suaminya.


"Harusnya kamu mencari kaca yang lebih besar Arin, berapa tahun kau tutupi perselingkuhanmu dengan Benu? Kau tidak amnesia bukan? Siapa dan bagaiman watak Si Beno itu? 

Masih juga kau pertahankan dia setelah menipu bisnis kita?"

Balas Riyo dengan sengitnya, seolah tidak terima atas tuduhan istrinya.


"Jangan menuduh sembarangan Mas, memangnya kamu punya bukti aku berselingkuh dengan Beno?" Teriak Arin semakin menjadi-jadi.


"Dan ingat Arin, aku tidak pernah merayu ataupun merendahkan diriku untuk Mayang. Semua yang kau lihat hanyalah jebakan akal bulus Benu, agar aku masuk ke kamar Mayang." Jelas Riyo panjang lebar.


"Halaaah, lelaki bajingan sepertimu akan punya seribu alasan untuk membenarkan kesalahan" maki Arin semakin keras dan kasar.


"Percuma juga menjelaskan kepadamu,  karena yang ada di kepalamu hanya tuduhan" jawab Riyo sembari mengambil kunci mobilnya.

                    -----****-----


"Tuhan, tolong hambamu," rintih hati Mayang disela air matanya yang berlinang. 

Bayangan kejadian siang tadi seolah menghantui. 

Riyo yang tiba-tiba masuk kedalam kamarnya dengan alasan mencari Bima, sementara dirinya tengah ganti pakaian.

Mata terbelalak Riyo saat melihat bagian dadanya, serta jeritan Arin yang tiba-tiba berada di depan pintu kamar. Benar-benar sebuah kebetulan yang tidak bisa dia jelaskan.


"Haruskah aku ceritakan semuanya dengan sejujurnya? Lalu bagaimana nasib anak-anak itu bila orang tuanya berpisah? Siapa yang akan merawatnya?"

Kecamuk pikiran Mayang semakin panjang, bila dia mengingat semua yang terjadi di rumah besar itu.

Hubungan Arin dan Beno yang tidak hanya sebagai rekan kerja. Telah seringkali Mayang memergoki keduanya berduaan di kamar saat Riyo dinas keluar kota.


Bahkan Beno pernah hampir memperkosanya saat Arin dan Riyo tidak berada dirumahnya.

Untung ada Bima yang menolongnya, dengan menggigit lengan Benu yang saat itu mendekapny.

Namun dengan keahlian memanipulasi keadaan, justru Mayang lah yang balik difitnah oleh Beno.


"Heh, perawan kampung yang tidak punya malu ... kalau mau merayu, lihat-lihat dulu ya. Kau pikir aku doyan sama kamu." Hina Beno kala itu.


Kedekatan hubungan kerja yang benar-benar berbahaya. Akan sampai kapan mereka berpacu dalam kemelutnya?


Larutnya malam, tidak mampu membuat mata Mayang terpejam. 

Berkali-kali dia hanya membolak-balikkan badan. Kedua bocah cilik yang tidak mau dipindahkan tampak pulas.

Mereka tidak tahu kemelut rumah tangga kedua orang tuanya.

               ------------***-------------'


Kebiasaan Riyo dan Arin bila bertengkar selalu saja sama. Entah masalah cemburu atau apa saja, selalu diakhiri dengan sama-sama keluar rumah dan menitipkan anak-anak kepada pembantunya.

Pasangan muda, anak-anak  orang kaya dengan gaya hidupnya yang masih hedonist.

Pesta, dunia malam dan pulang pagi dalam keadaan setengah tidak sadarkan diri.


Azan Subuh terdengar dari masjid komplek mewah tempat Mayang menumpang mengais rejeki demi keluarganya di kampung.

Bergegas wanita muda itu bangkit, hendak bersuci ke kamar mandi dan menunaikan ibadahnya.


Namun, dari gerbang depan terdengar seseorang memencet bel rumah.

Dengan gemetar Mayang membukakan pintu pagar untuk Satpam jaga dan dua orang Polisi yang menyertainya.

"Iya betul disini rumah Bapak Riyo dan Ibu Arin" jawab Mayang setelah mendengar penjelasan dari tamu-tamunya.

"Gusti Allah ... kuatkan hambamu," bergetar bibir wanita muda itu, sebelum akhirnya jatuh limbung tak mampu menguasai diri.

Gelap!!!


Lisse

07-10-2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terompah Kyai Ngabdulah

Randha Bingung #8

Sukarni #5