Bapak
~ Bapak~ Bapak, Dilenganmu yang kekar Dulu, tempatku bersandar Sesekali kau lepaskan tanganmu Agar kuberani melangkahkan kakiku Kemudian tapak itu kian laju Hingga bisa berlari tanpa jemu Kau tersenyum sambil berkata "Sejengkal langkah adalah awal panjangnya perjalanan" Bapak, Kala itu hujan turun membasahi bumi Gigil dan dingin menyelimuti Lalu tanganmu mendekap kami Meski ibarat dari ranting basah, tetap kau nyalakan api Dengan pijar yang tak pernah mati Kau tersenyum sambil berkata "Kehangatan tak selalu dari yang menyala" Bapak, Lalu, muncul lengkung pelangi Diujung kaki langit setelah hujan usai Kau sentuh dagu kami agar tegak berdiri Untuk melihat betapa besar kuasa Illahi Untuk menyaksikan perbedaan rupa yang serasi Sebelum keindahan warna itu pergi Kau tersenyum, sambil berkata "Kelak kau akan mengerti" Bapak, Lalu rembulan bertandang Dari terang yang beranjak petang Kau gelar tilam bantal dan selendang Lalu kau biarkan mata kami...